May 30, 2010

Crazy

Hari sudah siang, mataharipun dengan setia memancarkan sinarnya dari langit. Panasnya terik matahari membuat tubuhku tidak henti-hentinya meneteskan keringat. Aku memperhatikan keadaan di kelas, hampir semua murid sudah tidak lagi memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajarannya di depan kelas, mereka hanya duduk dan menunggu bel sekolah berbunyi. Aku melihat temanku yang duduk tepat disamping kananku, tidak bosan-bosannya dia terus memperhatikan jam dinding yang ada di kelas. Dan ada juga temanku dengan ekspresi wajah yang benar-benar sudah mengantuk yang menggerak-gerakan bukunya dan menjadikannya sebagai kipas. Ya, pemandangan yang sudah tidak asing lagi saat jam pelajaran hampir selesai, saat semua orang sudah tidak berkonsentrasi lagi pada pelajaran karena sudah tahu akan segera meninggalkan sekolah dan pulang.

“Teng..teng..teng…….”
Hmm, suara yang sangat merdu bagiku dan bagi semua murid yang ada di sekolah. Akhirnya semua orang bisa bernapas lega karena bisa pulang. Dalam hitungan detik ruangan kelas yang tadinya ramai oleh suara murid-murid, sekarang hanyalah ruangan yang sepi dengan kursi-kursi dan meja-meja yang berantakan.
Hampir semua orang sudah meninggalkan sekolah, sedangkan aku masih berjalan di koridor sekolah menuju toilet. Setelah aku keluar dan meninggalkan toilet, aku melihat seorang petugas kebersihan sekolah dari jauh. Dengan wajahnya yang sudah keriput, kakinya yang melangkah dengan tergopoh-gopoh, tangannya yang sudah tidak sekuat dulu lagi, petugas kebersihan sekolah itu dengan setia membersihkan seisi sekolah yang kupikir sangat luas ini. Dan aku pikir, upah yang beliau terima tidak sepadan dengan apa yang beliau kerjakan selama ini. Dunia memang kejam.
Akupun melangkahkan kakiku dan meninggalkan sekolah untuk segera pulang kerumah. Jarak antara sekolah dan rumahku tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit saja. Aku biasa menggunakan kendaraan umum saat pergi ke sekolah dan pulang kerumah. Saat aku sedang menunggu kendaraan umum datang, aku melihat seorang perempuan yang sedang bertengkar dengan seorang laki-laki, kupikir mungkin itu pacarnya. Perempuan itu terus menangis sambil berbicara dengan emosi dan dengan nada yang tinggi, begitupun dengan laki-laki itu. Setelah beberapa saat mereka bertengkar, dengan wajah yang kesal perempuan itu meninggalkan laki-laki itu sendiri sambil berteriak dan mengatakan kata-kata yang kupikir tidak pantas dikatakan oleh seorang perempuan.
“Hah, perkataannya benar-benar bikin kupingku sakit! Ada apa dengan dunia ini!?”, ocehku dalam hati.
Setelah menunggu beberapa saat, kendaraan yang aku tunggu akhirnya muncul juga. Aku pun menyetop kendaraan tersebut dan menaikinya. Didalam kendaraan tesebut ada beberapa penumpang, dan ada beberapa penumpang yang menarik perhatianku. Ada seorang anak laki-laki yang kuperkirakan umurnya baru 8 tahun. Wajahnya pucat pasi, dia duduk disamping ibunya sambil memeluk ibunya dengan erat, begitu pun ibunya memegangi tubuh anaknya yang sedang sakit itu dengan erat. Anak itu tidak henti-hentinya terbatuk-batuk. Ibunya terus mengusap-usap punggung anaknya dengan sabar. Yang membuatku kesal ada seorang penumpang laki-laki yang sama sekali tidak memperdulikan penumpang lain. Dengan nikmatnya dia terus menghirup rokok dan membuat seisi kendaraan penuh dengan asap rokok tanpa memperdulikan penumpang lain.
“Apa dia tidak melihat ada seorang anak yang sedang sakit! Dia terus saja menghirup rokoknya walaupun ada penumpang lain yang sedang terbatuk-batuk. Benar-benar tidak punya rasa empati.”, kataku dalam hati.
Akhirnya aku sampai juga dan segera menyetop kendaraan dan membayarnya. Rasanya seperti menghirup udara segar setelah merasakat pengapnya asap rokok tadi. Tapi, aku masih khawatir dengan anak laki-laki yang sedang sakit tadi. Ya, semoga penderitaannya segera berakhir.
Saat aku berada di ambang pintu, aku mengetuk pintu dan seperti biasa, aku selalu disambut hangat oleh ibuku. Tenang rasanya bila ada didekat ibuku. Ibuku langsung menyuruhku untuk segera mengganti pakaian dan makan siang. Akupun mengiyakan dan segera melaksanakannya dengan semangat. Hmm, bagiku masakan buatan ibuku memang tidak ada duanya. Senang rasanya bila sudah berada didalam rumah, tidak ada tempat yang paling nyaman selain rumah sendiri. Kejamnya dan bisingnya dunia luar tentu tidak pernah aku rasakan bila sedang di rumah. Kenyamanan dan ketanangan, itulah yang aku rasakan bila ada di rumah, terlebih lagi ada ayah dan ibuku yang selalu menyayangiku, yang tidak pernah bosan-bosannya mengingatkanku agar selalu hati-hati dengan dunia yang sudah menggila ini. Ya, memang benar, rasanya mata, telinga, tubuh, pikiran dan hati ini sakit memperhatikan dunia yang semakin gila ini, sampai aku sendiri rasanya muak dengan semua ini. Rasanya sudah sepantasnya aku berterima kasih kepada ayah dan ibuku yang selalu melindungiku dari kejamnya dunia.

Setelah asyik dengan lamunanku, akupun segera pergi ke kamarku untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang semakin menumpuk. Lalu aku menyalakan mp3 player, dan mendengarkan lagu yang kupikir sangat cocok untuk keadaan sekarang ini, Simple Plan – Crazy. Sambil tersenyum akupun segera mengerjakan tugasku dengan semangat yang semakin menggila. J

No comments: